Monday, November 3, 2014

Long Journey to be a News Reporter

As I promised you my viewers before, ada banyak yg pengen diceritain soal pengalaman menjadi wartawan. Well it's been a GREAT 4 years. Walopun banyak lelah dan keringat, tapi semuanya betul2 sesuai dengan penghargaan yang pada akhirnya bisa gw dapatkan. Bukan mengacu pada materi namun pada pengalaman yang begitu berharga. Pertanyaan standard kalo ketemu sama org baru adalah "Enak nggak sih jadi wartawan? Enak ya bisa masuk TV. Artis kita nih..." Ini adalah reaksi tersering yg gw dapatkan dari teman2 atau org baru kenal yang memulai pertanyaan basa basi. Berujung pada "Jam kerjanya gmn sih?" Atau ada juga yg kaget "Oohh lo tuh liputan juga ya. Kirain cuma siaran aja." Well, mari kita mulai saja kisah bulan-bulan awal menjadi wartawan. Di post ini gw akan menceritakan proses interview yg harus dilewati, proses pelatihan dan pengalaman pertama liputan serta siaran. Berarti kisahnya akan berkisar dari lulus kuliah sampai kira2 setengah tahun bekerja. Kita mulai yuk!

So.. Gw mulai dari sedikit prolog tentang kuliah gw. Gw kuliah di Institut Bisnis dan Informatika Indonesia (kini bernama Kwik Kian Gie School of Business). Gw masuk di tahun 2006 mengambil jurusan komunikasi. Ada orang yang cita2nya jadi dokter, jadi pengacara, akuntan, atau jd interior designer. Biasanya jurusan komunikasi identik dengan cw2 stupid girls yang ga tau mau jadi apa atauuu ga sanggup masuk jurusan lain. Atau anak2 cowo yg juga bingung mau jadi apa. Komunikasi dianggap jurusan cemen dan mudah karna satu hal tidak ada ilmu eksak macam matematika di sini.

Well.. Gw sendiri agak risih dan sedih menerima kenyataan itu. Kesannya jurusan gw cemen. Padahal gw sendiri sanggup aja kalo mau masuk jurusan lain (congkak) hahha.. Tapi gw memang juga ga suka matematika sihh... Namunn.. Gw bukannya ga tau mau jadi apa. Gw dari dulu suka sekali bidang komunikasi. Itu salah satu kelebihan gw dimana gw merasa memiliki kemampuan lebih. Gw suka tampil di depan umum, gw suka dunia seni, gw pun seringkali dipercaya sebagai seksi acara atau pengkonsep berbagai live atau art performance. Gw suka seni dan gw merasa bidang komunikasi bisa menjadi jalan untuk menyalurkan hal tersebut.

So masuklah gw di jurusan komunikasi. Sempet kepengen kerja di TV jadi creative gt, bikin script untuk sketsa extravaganza, atau jd org di balik layarnya sebuah talkshow. Keinginan awal memang pengen di dunia broadcasting. Namun seiring berjalannya waktu, gw merasa ketertarikan gw ada di dunia marcom. Jurusannya saat itu dua broadcast atau marcomm. Gw lebih pilih di marcomm yang basicly lebih ke arah dunia periklanan. Alasannya dua, salah satunya karna takut sama jam kerja ga pasti di dunia broadcasting. Yang kedua, di marcomm kayanya lebih back office en keren gt ga serabutan kerjanya.

4 tahun kuliah, gw pun sempet magang di salah satu perusahaan multinasional Unilever. Gw senang sekali bs magang di sana. Kantornya bagus, fasilitasnya oke, kita sering dpt produk consumer good yg dijual dan mereka punya divisi marcom nya yg bisa jg dibilang brand manager. Memang itu yg gw inginkan sebenernya. Bukan kerja di agency iklan, tapi di pemilik product as the brand manager. Jd gw yg mengkonsep bentuk marketing komunikasinya, org agency tinggal jalanin aja. Sounds great, udah magang disana dan gw berharap bs kerja di sana.

Namun ternyata takdir berkata lain. Setelah gw selesai sidang skripsi gw pun melamar ke beberapa tempat. Sempet dipanggil, psikotes dan selalu lewat sampai tahap akhir tapi somehow belom jodoh aja. Biasanya gw nya sendiri yg ga sreg. Pertama di Garuda Indonesia mereka nawarin jadi HRD yg gw pikir ga sesuai minat dan bakat, yg kedua di Indosiar. Uda tes cam terakhir tp ternyata masih belom jodoh di sana. Somehow hati gw jg kurang sreg karna lokasi keduanya yg agak jauh dr rumah. Tanpa disangka ada lowongan jd anchor dan reporter di ANTV. Gw pun kirim email CV lewat salah satu abang yg lg magang di sana. Gw pun dipanggil, ikut psiko tes rame2 di gedung lain. Prosesnya lumayan lama. Dr selesai psiko tes sampe dipanggil lg ada sekitar 2 minggu. Tes kedua adalah tes kamera. Kaget banget di ruang tunggu ada sekitar 10 orang, 7-8 nya anak2 abnon semua. Well, katanya sih gelombang kali ini memang khusus mencari news presenter makanya look lumayan diperhatikan.

Dalam tes yg kedua ini kita dikasih lead berita dan dicoba untuk live report. Gambar kita diambil pake kamera liputan dan di sana ada wapemred dan kameramen. Selain tes live report kita juga disuruh perkenalan diri dengan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Kala itu gw kenalan jg dengan bahasa Mandarin (kenalan doang mah bisa dong walo ga lancar ngobrol 😁) setelah itu udah pulang lagi dan menunggu kabar. Sekitar dua minggu kemudian, dapet kabar lagi kalo masuk ke stage selanjutnya untuk tes kamera di studio dan wawancara bersama para petinggi. Kala itu jumlahnya udah lebih susut lagi. Kali ini tes kamera betul2 dilakukan di studio siaran dan di record ketika kita membacakan berita melalui prompter. Saat itu hadir pula manager produksi news dan kepala peliputan. Bukan hanya perkenalan dengan bahasa Inggris tapi kali ini kita dites mengenai wawasan kita. To be honest, dulu gw ga pernah baca koran. Gw tipe media online aja. Nontonnya juga acara gosip. Gw ga suka politik dan hard news. Tapi dasar mungkin udah jodohnya. Kala itu headline berita soal kasus video mesum Ariel dan pembunuhan oleh Ryan Jombang. Keduanya ada di infotainment so gw jd paham deh hahaha.. Selain ditanya soal itu di CV tertulis gw pernah main drama nyai Dasima sama teater abnon. Gw justru ditanya soal kisah nyai Dasima, soal dunia seni dan perfilman Indonesia. Thank God. Padahal temen2 yg lain ditanyain nama mentri, pejabat2 yanggg jujur aja pas masih lulus kuliah nggak menjadi perhatian gw.

Akhirnya dua minggu kemudian dipanggil lagi untuk terakhir kalinya. It's been a loongggg process berarti sekitar 3 bulan. Karna gw lulus di bulan Agustus, dan akhirnya proses2 itu berjalan sampai bulan November. Di pertemuan terakhir gw bertemu dengan Pemred ANTV kala itu mbak Uni Lubis, Direktur News pak Azkarmin dan Presdir ANTV pak Dudi. Pertemuan sama mbak Uni banyak membahas mengenai news ANTV. Mbak Uni banyak cerita soal ANTV dan menanyakan ke gw alasan menjadi wartawan serta mengkroscek kemampuan gw berbahasa Inggris. Kemampuan ini di kemudian hari menjadi sangat berguna karna membuka kesempatan gw melakukan interview dgn banyak org penting. Pertemuan dengan Pak Azka sendiri banyak diisi dengan wejangan untuk menjaga integritas dan independensi sebagai wartawan. Kala itu pak Azka juga minta kita para kandidat bercerita tentang diri kita selama 5 menit dengan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Oh  peiya, kala itu ada 5 kandidat yg semuanya merupakan anak Abnon. Gw, Jean, Anom, Brata dan Gumi. Wawancara dengan pak Azka itu ringan, santai dan menyenangkan. Yang terakhir saat bertemu pak Dudi, beliau banyak bercerita tentang industri TV saat itu. Dimana pak Dudi yang merupakan salah satu mantan pimpinan Trans TV, ingin TV bisa lebih menghibur. Pak Dudi ingin news kita juga bs menghibur dan memasukan unsur fun sehingga bs bersaing dengan tv lainnya. Kala itu pak Dudi berkeinginan memasukan ANTV ke posisi 5 besar setelah lama berada di posisi 7-8.

Tahapan wawancara tersebut menjadi yang terakhir. Pertemuan berikutnya merupakan tanta tangan kontrak bersama HRD dengan nego gaji serta pemberian seragam. Gw yg pertama kali bekerja setelah lulus kuliah merasa excited sekali. Padahal gaji yg diterima kala itu standard fresh graduate. Tapi biasa dee norak yg pertama kali kerja hehhee.. Gw pun bersiap dgn 5 sahabat abnon gw untuk masuk ke ANTV pada 1 Desember 2011. Luar biasa memorable karna sehari sebelumnya merupakan hari wisuda gw tepatnya 30 November 2011. Ibaratnya lulus kuliah dapet ijazah langsung cus kerja. Lovely bgt.

So masuklah gw kerja kala itu dimana sebulan pertama kita belum bener2 kerja tapi masih mendapatkan pelatihan. Hari pertama kita isi dengan pembuatan ID card dan kelas2. Masih inget banget hari pertama diisi bos HRD yg menjelaskan tentang organisasi ANTV dan peraturan perusahaan. Disusul mbak Yasmin dari corp comm yg cerita bagaimana menjaga image ANTV. Kita ber5 diproyeksikan untuk siaran, ga heran kita harus tampil baik karna wajah kita akan muncul di news ANTV. Gw jg inget bgt mbak Yasmin memberikan wejangan "Hati2 jaga sikap dan pilih teman. Sikapnya biasa2 aja jangan ada yg berlebihan. Ada baiknya untuk menghindari masalah, jaga jarak jgn sampai terlalu jauh atau terlalu akrab dengan siapapun. Biasa2 aja maka kamu akan aman." Itu gw inget banget sebagai pedoman.

Sesi berikutnya diisi manager News Development bang Ivan Haris. Eng ing eng. penampilannya gondrong, kacamata, kurus. Tipikal seniman banget deh. Dia salah satu legenda dunia pertelevisian. Orgnya disiplin, pintar dan punya pengalaman segudang. Setelah dimanis2in sama org HRD dan corp comm, JRENGGGG! Ini dia nih dunia TV yg sebenernya. Bang Ivan tampil cukup keras. Dia nggak suka sekali jawaban mengambang dan tidak berdasar. Ketakutan pun merayapi kita seketika. Dari yg awalnya ketawa2, kita pun baru sadar bahwa ini ya kerja bukan main2. Bang Ivan juga mantan org majalah Tempo. Kalo marah caci maki bisa keluar dan nggak jarang yg bisa nangis. Hitler banget ya hehhee.. Kala itu gw mengingat baik2 untuk belajar bener2 sebelom masuk kelas bang Ivan.

Seminggu berikutnya kita dapet semua pelatihan yg mendukung kita dari para ahli di kantor. Mulai dari teknik pengambilan gambar, teknik live report, menulis naskah, wawancara, dubbing, live report, sampai kode etik jurnalistik yg disampaikan langsung sama mbak Uni. Selain itu, kita juga dapet pelatihan khusus untuk siaran berita dari dedengkotnya TVRI ibu Sumita Tobing. Orang2 TV pasti kenal deh ibu yang satu ini. Kita sekelas dengan para presenter senior yang kala itu uda berpengalaman 5-8 tahun di dunia siaran. Selain bersama bu Sumita, kita juga dilatih oleh mbak Dwi Anggia dari segi live report. Kita semua datang pagi2 sekitar pukul 7 sudah dikantor dan baru kembali pukul 6 sore.

Setelah seminggu mendapat pelatihan di kantor, tibalah saatnya kita di tes turun ke lapangan. Belum liputan yg sebenernya, tapi tes mental dan keberanian dulu. Ada beberapa tema liputan yg harus kita kerjakan sendiri. Nggak perlu bawa kamera, cukup liputan dengan kertas dan bolpen aja untuk menguji apa yg udah kita pelajari. Kala itu ada beberapa tema, liputan pungli di pelabuhan, harga kebutuhan pokok di pasar, apaa gt di stasiun ga inget, dannnn yang gw dapet yg paling paling. Ke kamar mayat. Yeah. Kalo dulu dikurung di kamar mayat adalah salah satu ujian wajib wartawan. Biasanya disuruh nunggu and on cam di dlm kamar mayat trus ditinggal sendirian. Tugas gw waktu itu adalah wawancara kepala kamar mayat RSCM tentang mayat yg ada di sana hari itu. Paling bagus kalo ada mayat yg baru dtg en ada keluarganya sehingga gw bs wawancara keluarganya jg. Berangkat sendiri tanpa mobil dari kantor dan pulang harus buat naskah dari angle yg menarik. Jrengg.. Gw sampai ke RSCM dan sampai ke depan pintu ruang mayat. Tp gw ga ambil foto. Padahal tugasnya disuruh foto mayatnya. Somehow gw ga berhasil dan gw pulang dengan naskah aja.

Setelah tes pertama itu, naskah kita diperbaiki lagi dan besoknya kita dikasih tema baru. Kali kedua gw disuruh wawancara anak punk. Kala itu gw inget di kampus gw ada anak punk hehe.. Akhirnya gw ke kampus yg deket dr rumah. Pulang dl ke rumah makan siang baru balik lg ke kantor 😜😜 well kalo diinget it's one of the best memories sih hehe..

Setelah dua minggu kita pun akhirnya dilepas untuk liputan bersama tim liputan. Istilahnya tandem. Jadi kita ngikut wartawan senior. Sistem liputan adalah kita dtg ke meja korlip alias koordinator liputan, nanti dia yg memutuskan siapa berpasangan dengan siapa dan harus ke acara apa. Apa yg diliput biasanya sudah ditentukan dalam rapat redaksi sebelumnya. Jangan sedih, 3 bulan pertama kita kerja 6 hari seminggu. Dateng pun paling pagi dan pulang paling sore karna selesai liputan harus tulis naskah, konsultasi dengan kepala peliputan soal naskah kita, baru deh bs pulang. Liburnya juga bukan sabtu/minggu ya. Anak baru kastanya paling rendah. Kita libur di hari biasa. Liputan jg di desk metropolitan. Apa yg diliput? Kebakaran, pembunuhan, demo, banjir, kecelakaan, dsb. Kala itu ada beberapa desk, di atasnya ada hukum, baru deh yg jd incaran org2 di features alias jalan2 en kuliner, kemudian wartawan RI2 alias wapres dan RI1 alias anak istana.

Well I guess ini kisahnya udah panjang sekali yaa hehe.. Padahal ini baru aja cerita seleksi sampai selesai pelatihan. Sampai di sini dulu deh. Nanti kita lanjutkan di post berikutnya tentang hari2 awal liputan dan siaran. Kita sudahi dulu ya.. Semoga berguna buat temen2 yg kepengen mulai masuk menjadi wartawan 😁😁

Saturday, October 25, 2014

Resignation

Hallo again viewers yang kadang baca dan berkunjung ke blog.. Ibarat berkunjung ke rumah, mungkin rumah gw udah dihuni sarang laba-laba saking lamanya nggak pernah disentuh hehe.. Ya you know me so well lah, memang gw mengupdate blog dalam periode yang agak kacau dan berjauhan. Hari ini kebetulan lagi nggak ada kerjaan, jadi bisa mengupdate blog ini dengan kisah terbaru yanggg sebenernya udah ingin di update sejak lama.. Ada banyakkk kisah yang pengen banget dituangkan. Tapi mari memulainya satu persatu supaya nggak bingung yaa..

Soo.. Per 1 Oktober 2014 yang lalu gw udah resign dari stasiun TV ANTV yang menjadi tempat bernaung untuk waktu yang cukup lama yaitu sekitar 3,5 tahun nyaris 4 tahun. Di tempat ini pun lah gw memulai pekerjaan pertama gw selepas dari kuliah. Keputusan yang bisa dibilang tidak mudah tapi harus diakui cukup melegakan. Maybe banyak sekali plus dan minusnya dan pertimbangan yang tidak sepenuhnya benar atau salah di balik berhentinya gw dari stasiun TV ini. Namun yang jelas hingga hari ini I feel relieved and happy 😊

Mari kita bercerita sedikit mengenai masalah berhenti kerja ini. Well as some of you may know, keinginan untuk berhenti bekerja ini sebenernya sudah berkecamuk di dalam dada cukup lama. Yaa gw rasa bukan hanya gw yang merasakan. Bukan. Bukan berhenti kerja sebagai reporter/presenternya atau berhenti dari ANTV sebagai institusinya. Tapi berhenti bekerja sebagai karyawan. Di bidang apapun kita bekerja bahkannn kita sudah mengerjakan apa yang menjadi passion kita, semua org biasanya akan mengalami masa kejenuhan, kebosenan dan konflik internal dan eksternal yang membuat orang ingin keluar dari pekerjaannya.

Mari kita bahas dari hal yang paling mendasar. Gw suka sekali dunia komunikasi. Gw ga suka ilmu eksak, gw ga suka ilmu berhitung. Gw suka sekali ilmu sosial, tampil di depan umum, dan bertemu dengan banyak orang baru, dan bisa mengetahui banyak issue baru dan bekerja di bidang yang "penting". It's all about news, sesuatu yang baru. Semua org kebanyakan punya rasa ingin tahu yang besar soal berita. Kalo bukan hard news layaknya politik, pasti ada yang suka berita feature yang ringan. Melalui pekerjaan gw, gw bisa jadi org yang pertama tau dan mendalaminya serta bisa dengan "congkak" membagikannya ke org2 saat bersosialisasi. You feel like you're on the top of the world ketika lo berada di satu meja makan malam bersama org2 dan bs menyampaikan banyak fakta dan gosip yang menarik untuk didengar org kan? Hehhe..

Well itu adalah kelebihan yang gw dapet dari bekerja sebagai reporter dan presenter. Mana selain itu jauh banyak kita dapet popularitas, kita dapet kebanggaan bs tampil di event penting, wawancara org penting, dan bangga aja kan kalo ada yg blg "gw ntn elu di tv waktu itu.." Ga bisa bohong. It's a great feeling to feel. Tapiiiii... Untuk dapetin itu semua ada segudang pengorbanan yang harus diambil loh..

Banyak yang mungkin masih belum paham. Bekerja sebagai news presenter bukannya kaya pembawa acara gosip dimana kita hanya dateng, make up, baca prompter/ diapalin, lalu pulang dan duduk cantik. Itu namanya pekerjaan sebagai talent. Kerja di news department berarti menjadi wartawan. Kerjanya ya sebagai karyawan. Kita dateng sesuai shift (bisa pagi siang atau malam), melalukan peliputan di lapangan, membuat naskah, dan pulang ke kantor. Setelah itu jika hari itu adalah jadwal kita siaran, maka kita ikut rapat rundown, make up baru siaran kemudian pulang. Waktu bekerjanya berarti sekitar 10-12 jam per hari. Dann.. Tidak ada uang lembur bagi pekerja media. Karna kerjaannya adalah sebagai wartawan dengan bonus siaran di tv.

Gw akan cerita lebih banyak soal kerja sebagai wartawan dan presenter berita di post yang lain yah. Karna ada segudang cerita juga soal itu hehehe... Back to topic ya.. Kelihatannya berat ya pekerjaannya. Atau mungkin ada juga sih yg bilang, "cemen lo segitu mah enteng kaleee" yes it is. Emang reaksi org akan berbeda2 soal beban pekerjaan ini. Tapi ini adalah sedikit dari apa yg menjadi pertimbangan berhenti kerja. Waktu kerjanya lumayan panjang. Bahkan 3 bulan pertama libur nya cuma seminggu sekali. Lalala...

Well sebenernya gw uda cukup menikmati pekerjaan ini dan menjalani sejumlah penyesuaian di sana sini. Tapi entah kenapa selalu ada aja ganjelan di hati yang bikin gw merasa nggak tenang dan ingin lari. Hidup serasa nggak tenang, setiap ada event demo, ada bencana alam, ada huru hara apa, bukannya gw semangat pengen ngejer berita tapi yang ada gw panik mikirin perjuangan yang harus gw laluin.

Well yeah, I finally get the answer. Passion gw bukan jadi wartawan. Apalagi yang militan yang harus nunggu berjam-jam, yang harus rela ke daerah perang untuk dapet gambar. Terlebih lagi waktu gw untuk keluarga juga kerap tersita. Satu hal lagi. Jadi wartawan means no tanggal merah. Libur ya dua hari dalem seminggu dan belum tentu weekend. Kalo mau libur pas natal ya cuti, lebaran mau pergi jalan-jalan ya cuti. Dan itu jg ga bs sembarang cuti since semua org mau cuti jadi harus gantian, ngantri dan kadang hari penting justru banyak kejadian jadi ga bs cuti.

Kemudian gw memikirkan apa yang gw mau raih dalam waktu 5-10 tahun ke depan. Apa gw mau jd news anchor terkenal seperti Desi Anwar? Najwa Shihab? Pemred beken seperti Rosiana Silalahi? Punya talk show sendiri seperti Oprah Winfrey? Well, it's tempting dan nggak mustahil untuk diraih. Tapi ada sejuta pengorbanan yang harus ditempuh. Apa yang dikorbankan? Waktu bersama keluarga, keceriaan masa muda, waktu untuk melayani dan menghabiskan waktu bersama orang tua yang semakin menua. Kesempatan untuk mengabdi pada keluarga kecil masa depan, suami dan anak-anak di masa mendatang.

Sebenernya bisa aja tetep kerja dan stay di kantor. Seadanya aja. Jadi presenter yang siaran sambil jadi asprod atau produser di waktu mendatang. Cukup santai untuk dilakukan para ibu yang kerja di bagian news tv non tv berita. Dan tadinya rencana itulah yang gw inginkan. Since jadwal siaran sebenernya enak di siang hari. Libur pun Sabtu Minggu. Cuma deritanya masih disuruh live ke lapangan aja terus.

Namun nasib dan takdir berkata lain. Karna memang bukan TV berita, porsi penayangan program news pun dikurangi. Kini tinggal ada pilihan siaran di jam 1 pagi atau 4 subuh. Waktu yang betul2 tidak ideal untuk bekerja. Terlebih lagi liputan juga tidak dikurangi. Di waktu tersebut harus tetap liputan sepenuh hati namun kemungkinan kecil disaksikan org di jam tersebut. Dan kemungkinan naik jabatan sebagai asprod atau produser juga semakin kecil karna banyak program news yg dipangkas.

Tak hanya itu ada satu hal lain yg bikin hati ga tenang. Selama kita jadi karyawan akan selalu ada office politic. Dimana kedekatan dan faktor like/dislike menjadi penentu. Di semua kantor pasti akan ada yang kaya begini. Gw sebenarnya salah satu yg seringgg mendapatkan kebaikan. Sering mendapat keistimewaan. Tapi ga jarang banyak jg hal yang kadang bikin kecewa. Gw ga bilang gw selalu kesel, tapi gw ga tahan dengan adanya hal seperti itu.

Di tengah suasana tersebut, gw mendapat kesempatan tak terduga membawakan acara talkshow kesehatan. Gw merasa ini adalah jalan yang telah Tuhan berikan. Di waktu yang tepat dan betul-betul pas. Awalnya sempet gundah apa betul mau serius kerja sebagai talent freelance. Kali ini kerjanya sesuai kontrak episode. So no more gaji bulanan, ga ada tunjangan, ga ada anter jemput, ga ada free nge gym, ga ada bonus, ga ada asuransi kesehatan. Yes sebanyak itulah yang hilang. Ditambah ga lagi kerja di tv nasional dimana pemirsanya banyak.

Tapi apa yang menjadi pertimbangan  kemudian? Gw kerja seminggu sekali aja. Bayarannya masih ga sebesar take home pay di kantor lama tapi sudah 3/4 nya. Ditambah lagi ada kemungkinan bisa ditambah per minggu nya sehingga bs jadi justru lebih besar. Gw bisa terima pekerjaan di tv lain yg mungkin aja skalanya bs lebih nasional atau lokal dgn bayaran lebih besar atau apa pun jg. Gw bs terima kerjaan MC off air karna jadwal tak terikat. Gw bs punya banyak waktu untuk mengembangkan hobby lain, catch up sama temen, olahraga, masak, nemenin mami papi, dan waktunya jg flexible. Gw bs ngembangin bisnis yg sedang gw rintis perlahan. Dan gw bs libur di tanggal merah, gw kerja di jam yg enak pk.11 siang. Gw merasa lebih sehat dan ga perlu tegang nungguin plottingan liputan esok hari yang kadang nyeleneh.

Kini gw udah menjalani pekerjaan sekitar satu bulan. So far I feel really blessed. Program berjalan lancar, apalagi soal kesehatan jadi bs belajar banyak dan kenalan dengan banyak dokter. Format nya jg talkshow jd berkembang dari yg biasanya cuma bacain berita. Dua minggu lalu jg cc dan keluarga dateng sehingga bs spending time sama mereka. Tempat kerja yg baru juga yayasan cinta kasih gt jd bukan cari profit tp menyebar kebaikan. I feel really blessed kerjain kerjaan ini. Bisa bantu org lain sekaligus kerja sosial. Dan Tuhan bener2 ga tutup mata. Selama ngerjain kerjaan baru walau cuma seminggu sekali eh ada aja tambahan lain. Totalnya malah bisa terima lebih besar dibanding kerjaan lama. Waktu lebih flexible tapi bisa lebih berkarya.

Sempet ada sedih kalo ditanyain pemirsa kok ga siaran lagi. Walopun bilang masih ada di tv baru tapi karna bukan tv komersil mereka susah carinya. Trus siarannya jg seminggu sekali jd ga bs sering nongol di layar. But hey, Popularitas bukan hal yg gw tuju. Itu adalah bonus yang gw dapet dari kerjaan 4 tahun sebelumnya. I feel really happy with that, gw ga bisa bohong. Tapi gw bisa bilang saat ini adalah momen paling membahagiakan yg gw rasakan. Gw bersyukur karna bs memilih apa yang gw mau dan gw percaya Tuhan ga akan biarkan kita kelaparan. Selama yakin, tetap kerja keras, Tuhan akan kasih rejeki selalu. Selalu bersyukur selalu memberi selalu berbuat baik. Tuhan berkati. :)