Hallo again viewers yang kadang baca dan berkunjung ke blog.. Ibarat berkunjung ke rumah, mungkin rumah gw udah dihuni sarang laba-laba saking lamanya nggak pernah disentuh hehe.. Ya you know me so well lah, memang gw mengupdate blog dalam periode yang agak kacau dan berjauhan. Hari ini kebetulan lagi nggak ada kerjaan, jadi bisa mengupdate blog ini dengan kisah terbaru yanggg sebenernya udah ingin di update sejak lama.. Ada banyakkk kisah yang pengen banget dituangkan. Tapi mari memulainya satu persatu supaya nggak bingung yaa..
Soo.. Per 1 Oktober 2014 yang lalu gw udah resign dari stasiun TV ANTV yang menjadi tempat bernaung untuk waktu yang cukup lama yaitu sekitar 3,5 tahun nyaris 4 tahun. Di tempat ini pun lah gw memulai pekerjaan pertama gw selepas dari kuliah. Keputusan yang bisa dibilang tidak mudah tapi harus diakui cukup melegakan. Maybe banyak sekali plus dan minusnya dan pertimbangan yang tidak sepenuhnya benar atau salah di balik berhentinya gw dari stasiun TV ini. Namun yang jelas hingga hari ini I feel relieved and happy 😊
Mari kita bercerita sedikit mengenai masalah berhenti kerja ini. Well as some of you may know, keinginan untuk berhenti bekerja ini sebenernya sudah berkecamuk di dalam dada cukup lama. Yaa gw rasa bukan hanya gw yang merasakan. Bukan. Bukan berhenti kerja sebagai reporter/presenternya atau berhenti dari ANTV sebagai institusinya. Tapi berhenti bekerja sebagai karyawan. Di bidang apapun kita bekerja bahkannn kita sudah mengerjakan apa yang menjadi passion kita, semua org biasanya akan mengalami masa kejenuhan, kebosenan dan konflik internal dan eksternal yang membuat orang ingin keluar dari pekerjaannya.
Mari kita bahas dari hal yang paling mendasar. Gw suka sekali dunia komunikasi. Gw ga suka ilmu eksak, gw ga suka ilmu berhitung. Gw suka sekali ilmu sosial, tampil di depan umum, dan bertemu dengan banyak orang baru, dan bisa mengetahui banyak issue baru dan bekerja di bidang yang "penting". It's all about news, sesuatu yang baru. Semua org kebanyakan punya rasa ingin tahu yang besar soal berita. Kalo bukan hard news layaknya politik, pasti ada yang suka berita feature yang ringan. Melalui pekerjaan gw, gw bisa jadi org yang pertama tau dan mendalaminya serta bisa dengan "congkak" membagikannya ke org2 saat bersosialisasi. You feel like you're on the top of the world ketika lo berada di satu meja makan malam bersama org2 dan bs menyampaikan banyak fakta dan gosip yang menarik untuk didengar org kan? Hehhe..
Well itu adalah kelebihan yang gw dapet dari bekerja sebagai reporter dan presenter. Mana selain itu jauh banyak kita dapet popularitas, kita dapet kebanggaan bs tampil di event penting, wawancara org penting, dan bangga aja kan kalo ada yg blg "gw ntn elu di tv waktu itu.." Ga bisa bohong. It's a great feeling to feel. Tapiiiii... Untuk dapetin itu semua ada segudang pengorbanan yang harus diambil loh..
Banyak yang mungkin masih belum paham. Bekerja sebagai news presenter bukannya kaya pembawa acara gosip dimana kita hanya dateng, make up, baca prompter/ diapalin, lalu pulang dan duduk cantik. Itu namanya pekerjaan sebagai talent. Kerja di news department berarti menjadi wartawan. Kerjanya ya sebagai karyawan. Kita dateng sesuai shift (bisa pagi siang atau malam), melalukan peliputan di lapangan, membuat naskah, dan pulang ke kantor. Setelah itu jika hari itu adalah jadwal kita siaran, maka kita ikut rapat rundown, make up baru siaran kemudian pulang. Waktu bekerjanya berarti sekitar 10-12 jam per hari. Dann.. Tidak ada uang lembur bagi pekerja media. Karna kerjaannya adalah sebagai wartawan dengan bonus siaran di tv.
Gw akan cerita lebih banyak soal kerja sebagai wartawan dan presenter berita di post yang lain yah. Karna ada segudang cerita juga soal itu hehehe... Back to topic ya.. Kelihatannya berat ya pekerjaannya. Atau mungkin ada juga sih yg bilang, "cemen lo segitu mah enteng kaleee" yes it is. Emang reaksi org akan berbeda2 soal beban pekerjaan ini. Tapi ini adalah sedikit dari apa yg menjadi pertimbangan berhenti kerja. Waktu kerjanya lumayan panjang. Bahkan 3 bulan pertama libur nya cuma seminggu sekali. Lalala...
Well sebenernya gw uda cukup menikmati pekerjaan ini dan menjalani sejumlah penyesuaian di sana sini. Tapi entah kenapa selalu ada aja ganjelan di hati yang bikin gw merasa nggak tenang dan ingin lari. Hidup serasa nggak tenang, setiap ada event demo, ada bencana alam, ada huru hara apa, bukannya gw semangat pengen ngejer berita tapi yang ada gw panik mikirin perjuangan yang harus gw laluin.
Well yeah, I finally get the answer. Passion gw bukan jadi wartawan. Apalagi yang militan yang harus nunggu berjam-jam, yang harus rela ke daerah perang untuk dapet gambar. Terlebih lagi waktu gw untuk keluarga juga kerap tersita. Satu hal lagi. Jadi wartawan means no tanggal merah. Libur ya dua hari dalem seminggu dan belum tentu weekend. Kalo mau libur pas natal ya cuti, lebaran mau pergi jalan-jalan ya cuti. Dan itu jg ga bs sembarang cuti since semua org mau cuti jadi harus gantian, ngantri dan kadang hari penting justru banyak kejadian jadi ga bs cuti.
Kemudian gw memikirkan apa yang gw mau raih dalam waktu 5-10 tahun ke depan. Apa gw mau jd news anchor terkenal seperti Desi Anwar? Najwa Shihab? Pemred beken seperti Rosiana Silalahi? Punya talk show sendiri seperti Oprah Winfrey? Well, it's tempting dan nggak mustahil untuk diraih. Tapi ada sejuta pengorbanan yang harus ditempuh. Apa yang dikorbankan? Waktu bersama keluarga, keceriaan masa muda, waktu untuk melayani dan menghabiskan waktu bersama orang tua yang semakin menua. Kesempatan untuk mengabdi pada keluarga kecil masa depan, suami dan anak-anak di masa mendatang.
Sebenernya bisa aja tetep kerja dan stay di kantor. Seadanya aja. Jadi presenter yang siaran sambil jadi asprod atau produser di waktu mendatang. Cukup santai untuk dilakukan para ibu yang kerja di bagian news tv non tv berita. Dan tadinya rencana itulah yang gw inginkan. Since jadwal siaran sebenernya enak di siang hari. Libur pun Sabtu Minggu. Cuma deritanya masih disuruh live ke lapangan aja terus.
Namun nasib dan takdir berkata lain. Karna memang bukan TV berita, porsi penayangan program news pun dikurangi. Kini tinggal ada pilihan siaran di jam 1 pagi atau 4 subuh. Waktu yang betul2 tidak ideal untuk bekerja. Terlebih lagi liputan juga tidak dikurangi. Di waktu tersebut harus tetap liputan sepenuh hati namun kemungkinan kecil disaksikan org di jam tersebut. Dan kemungkinan naik jabatan sebagai asprod atau produser juga semakin kecil karna banyak program news yg dipangkas.
Tak hanya itu ada satu hal lain yg bikin hati ga tenang. Selama kita jadi karyawan akan selalu ada office politic. Dimana kedekatan dan faktor like/dislike menjadi penentu. Di semua kantor pasti akan ada yang kaya begini. Gw sebenarnya salah satu yg seringgg mendapatkan kebaikan. Sering mendapat keistimewaan. Tapi ga jarang banyak jg hal yang kadang bikin kecewa. Gw ga bilang gw selalu kesel, tapi gw ga tahan dengan adanya hal seperti itu.
Di tengah suasana tersebut, gw mendapat kesempatan tak terduga membawakan acara talkshow kesehatan. Gw merasa ini adalah jalan yang telah Tuhan berikan. Di waktu yang tepat dan betul-betul pas. Awalnya sempet gundah apa betul mau serius kerja sebagai talent freelance. Kali ini kerjanya sesuai kontrak episode. So no more gaji bulanan, ga ada tunjangan, ga ada anter jemput, ga ada free nge gym, ga ada bonus, ga ada asuransi kesehatan. Yes sebanyak itulah yang hilang. Ditambah ga lagi kerja di tv nasional dimana pemirsanya banyak.
Tapi apa yang menjadi pertimbangan kemudian? Gw kerja seminggu sekali aja. Bayarannya masih ga sebesar take home pay di kantor lama tapi sudah 3/4 nya. Ditambah lagi ada kemungkinan bisa ditambah per minggu nya sehingga bs jadi justru lebih besar. Gw bisa terima pekerjaan di tv lain yg mungkin aja skalanya bs lebih nasional atau lokal dgn bayaran lebih besar atau apa pun jg. Gw bs terima kerjaan MC off air karna jadwal tak terikat. Gw bs punya banyak waktu untuk mengembangkan hobby lain, catch up sama temen, olahraga, masak, nemenin mami papi, dan waktunya jg flexible. Gw bs ngembangin bisnis yg sedang gw rintis perlahan. Dan gw bs libur di tanggal merah, gw kerja di jam yg enak pk.11 siang. Gw merasa lebih sehat dan ga perlu tegang nungguin plottingan liputan esok hari yang kadang nyeleneh.
Kini gw udah menjalani pekerjaan sekitar satu bulan. So far I feel really blessed. Program berjalan lancar, apalagi soal kesehatan jadi bs belajar banyak dan kenalan dengan banyak dokter. Format nya jg talkshow jd berkembang dari yg biasanya cuma bacain berita. Dua minggu lalu jg cc dan keluarga dateng sehingga bs spending time sama mereka. Tempat kerja yg baru juga yayasan cinta kasih gt jd bukan cari profit tp menyebar kebaikan. I feel really blessed kerjain kerjaan ini. Bisa bantu org lain sekaligus kerja sosial. Dan Tuhan bener2 ga tutup mata. Selama ngerjain kerjaan baru walau cuma seminggu sekali eh ada aja tambahan lain. Totalnya malah bisa terima lebih besar dibanding kerjaan lama. Waktu lebih flexible tapi bisa lebih berkarya.
Sempet ada sedih kalo ditanyain pemirsa kok ga siaran lagi. Walopun bilang masih ada di tv baru tapi karna bukan tv komersil mereka susah carinya. Trus siarannya jg seminggu sekali jd ga bs sering nongol di layar. But hey, Popularitas bukan hal yg gw tuju. Itu adalah bonus yang gw dapet dari kerjaan 4 tahun sebelumnya. I feel really happy with that, gw ga bisa bohong. Tapi gw bisa bilang saat ini adalah momen paling membahagiakan yg gw rasakan. Gw bersyukur karna bs memilih apa yang gw mau dan gw percaya Tuhan ga akan biarkan kita kelaparan. Selama yakin, tetap kerja keras, Tuhan akan kasih rejeki selalu. Selalu bersyukur selalu memberi selalu berbuat baik. Tuhan berkati. :)
Saturday, October 25, 2014
Subscribe to:
Posts (Atom)